siranews.com - 31/03/2025, 04:13 WIB
Tim Redaksi
SIRANEWS.COM – KETUA Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan pesan Idul Fitri yang sangat menyentuh agar masyarakat bisa membawa perubahan. Dia mengingatkan, momen Idul Fitri bukan hanya sekadar ritual dan perayaan, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Baik sebagi pribadi, keluarga masyarakat, bangsa dan negara hingga global. Di momen Lebaran ini, Haedar mengingatkan supaya pejabat tidak korupsi dan menyalahgunakan jabatan.
“Ibadah memiliki tujuan dan makna, Idul Fitri kan terkait puasa tujuannya dibentuk pribadi yang taqwa,” kata Haedar seusai menjadi Khatib, di Lapangan Trimulyo, Jetis, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (31/3/2025).
Dikatakan, taqwa bukan sekadar istilah, jargon, atau sumpah. Di Indonesia sumpah jabatan, pertama membentuk insan indonesia selalu dekat dengan Tuhan.
“Kalau dekat dengan Tuhan itu Insya Allah dirinya akan selalu waspada, dia tidak akan berbuat menyimpang korupsi, kesewenang-wenang, menyalahgunakan jabatan, dan bertindak hal yang bertentangan dengan moral dan etika,” kata dia “Kenapa? karena di atasnya ada Tuhan, dan hidupnya selalu merasa diawasi Tuhan,” kata Haedar.
Dia menyampaikan, itu semua menjadi kekuatan besar jika dihayati, namun jika tidak hanya ibadah ritualnya makin tinggi, tetapi tidak berbanding lurus dengan jiwa alam pikiran, sikap, dan perilaku sehari-hari.
Idul Fitri menurut dia, melahirkan relasi sosial peduli, mau berbagi, ada tanggung jawab sosial. Yang lebih jauh lagi menebar rahmat bagi semesta alam. “Hal yang luruh di negeri ini tanggung jawab sosial yang lebih substantif, di mana ketika misalkan masih banyak orang yang miskin. Masih ada yang memerlukan bantuan, kemudian ada musibah,” kata dia.
Diakuinya, untuk penanganan musibah memang cepat, namun untuk kemiskinan pada saat yang sama ada kehidupan yang mewah itu kan tidak berbanding lurus. “Satu pihak ada mereka yang berlebihan dalam materi, posisi, dalam akses itu tapi di pihak lain ada yang berkekurangan, mari kita jadikan Idul Fitri ini sebagai perekat tanggung jawab sosial yang lebih besar lebih luas berskala meluas,” ucap dia.
Haedar menyoroti juga soal karakter bangsa Indonesia yang dikenal kebaikan, ramah, peduli, berbudaya adiluhung. “Waspada dan sekaligus mentransformasikan kebaikan ini menjadi karakter. Karakter bangsa Indonesia yang kuat pendirian, tidak gampang tergoda hal yang bersifat materi kekuasan, dan sebagainya. Kenapa? Karena penyimpangan, korupsi, yang menjadi akar masalah besar di Indonesia bermula dari ketergodaan yang berlebihan terhadap materi dan posisi, atau akses. Saya yakin kalau ada gerakan nasional untuk menghentikan korupsi dan segala bentuk penyalahgunaan itu dimulai dari pembentukan karakter,” kata dia. (kp/ss)