siranews.com - 05/04/2025, 10:26 WIB
Tim Redaksi
SIRANEWS, SUBANG – Sejak menjabat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuat gebrakan demi gebrakan yang menyenangkan hati masyarakat. Turun tangan membersihkan kali, menertibkan bangunan yang melanggar garis sepadan kali (GSK), menertibkan bangunan yang memicu banjir, dan sejumlah aksi lainnya yang juga dibagikan di media sosial.
Ia juga turun tangan menyelesaikan kasus penganiayaan yang menewaskan Taryana, warga Tanjungsiang, Kabupaten Subang, yang diduga mencuri ayam. Dedi mempertemukan keluarga almarhum dengan keluarga para pelaku penganiayaan di kediamannya di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Pertemuan bertujuan untuk mempererat silaturahmi dan menghindari konflik berkepanjangan antara kedua belah pihak. “Ini saya sudah bertemu ya, keluarga korban penganiayaan yang mengakibatkan kematian dan keluarga yang menganiayanya yang sekarang ditahan di Polres,” ujarnya dalam rekaman video, Sabtu (5/4/2025).
Menurut Dedi, insiden yang menyebabkan kematian Taryana terjadi karena emosi sesaat dari delapan pekerja peternakan ayam. Mereka tidak berniat membunuh, tetapi aksi massa yang spontan mengarah pada penganiayaan yang fatal. “Semua dilakukan karena emosi, karena kekhilafan, karena jumlah massa yang banyak. Pada akhirnya, satu orang meninggal karena melakukan pencurian,” jelasnya.
Kasus tersebut telah ditangani Polres Subang yang melakukan pemeriksaan terhadap 8 pelaku. Dedi berharap pertemuan antara keluarga korban dan pelaku bisa menjadi langkah awal penyelesaian konflik secara damai.
Ia mengapresiasi sikap keluarga korban dan pelaku yang saling memaafkan. Ia berharap pengampunan ini dapat meringankan hukuman bagi para pelaku. “Tapi mudah-mudahan upaya saling memaafkan ini semakin meringankan. Apa yang dijalani, karena pengakuannya ada yang memukul satu kali, ada yang memukul pertama. Ya nanti biarkan hukum yang membuktikan,” ujarnya.
Gubernur Jawa Barat ini juga menyoroti dampak sosial yang ditimbulkan akibat kasus ini. Ia khawatir hilangnya kepala keluarga baik dari pihak korban maupun pelaku dapat menciptakan masalah ekonomi baru. “Jadi hari ini saya ingin menyelesaikan masalah ini, tidak boleh lahir lagi kriminalisasi baru karena kehilangan sumber penghidupan, tanggung jawab keluarganya, penanggung jawabnya hilang karena terkena tindak pidana,” tegasnya.
Meskipun kedua pihak telah saling memaafkan, Dedi menegaskan, proses hukum terhadap delapan pelaku tetap harus berjalan. “Semua keluarga ini sudah saling memaafkan, tapi proses hukum tetap berjalan. Mudah-mudahan Ibu, Ibu (Taryana) juga tidak boleh di hatinya ada kebencian, segala macam. Maafkan karena anak Ibu juga meninggal itu karena lagi nyuri,” pungkasnya. (kp/ss)